SOCIAL
JUDGMENT THEORY
(Teori
Pertimbangan Sosial)
Of Muzafer Sherif
11.
Latar
Belakang Teori
Teori pertimbangan sosial adalah hasil penelitian
seorang psikolog yang bernama Muzafer Sherif dari Oklahoma University. Teori pertimbangan sosial didasarkan pada penelitian filsafat
zaman dulu, dimana orang-orang diuji kemampuannya untuk menilai
rangsangan-rangsangan fisik seperti beban suatu objek atau terangnya sebuah
cahaya. Bentuk penelitian ini dijadikan perumpamaan oleh sheriff untuk meneliti
cara-cara individu menilai berbagai macam pesan, ternyata sherif menemukan
prinsip psikofisika yang juga berpegang pada penilaian sosial.
Secara ringkas teori ini menyatakan bahwa perubahan
sikap seseorang terhadap objek sosial dan isu tertentu merupakan hasil proses
pertimbangan (judgement) yang terjadi dalam diri orang tersebut terhadap pokok
persoalan yang dihadapi. Proses ”mempertimba/ngkan” isu atau objek sosial
tersebut. Sherif berpatokan pada kerangka rujukan (reference points) yang
dimiliki seseorang. Menurut Sherif ada tiga rujukan yang digunakan seseorang
untuk merespons suatu stimulus yang dihadapi. Ketiganya merupakan bagian yang
saling terkait. Yang pertama disebut latitude of acceptance (rentang atau
wilayah penerimaan) yang terdiri dari pendapat-pendapat yang masih dapat
diterima dan ditoleransi. Bagian kedua disebut latitude of rejection (rentang
penolakan) yang mencakup pendapat atau gagasan-gagasan yang kita tolak karena
bertentangan dengan kerangka rujukan kita (sikap dan keyakinan), dan yang
terakhir disebut latitude of noncommitment (rentang ketidakterlibatan) yang
terdiri dari pendapat atau pesan-pesan persuasif yang tidak kita tolak dan
tidak kita terima. Dalam rentang ketidakterlibatan ini kita tidak memiliki
opini apa-apa sehingga bersifat netral terhadap pokok permasalahan yang ada.
Disamping ketiga konsep pokok diatas, masih ada satu
konsep penting lainnya dari teori yang disebut ego-involevement yakni derajat
yang menunjukkan arti penting suatu isu bagi seseorang. Meskipun tiga konsep
”latitude” yang dikemukan teori pertimbangan sosial sudah cukup memadai dalam
menjelasakan bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap pesan-pesan persuasif
namun derajat penting tidaknya suatu stimulus (ego-involvement) akan turut
menentukan sejauhmana seseorang dapat dipengaruhi. Dengan kata lain makin
berarti suatu isu bagi seseorang maka semakin kecil kemungkinan orang tersebut
dapat dipengaruhi. Dalam teori ini juga dijelaskan adanya dua macam efek yang
timbul akibat proses menilai atau mempertimbangkan pesan yakni efek asimilasi
(assimilation effect) dan efek kontras (contrast effect).
Efek
asimilasi terjadi ketika seseorang menempatkan sebuah pesan persuasif dalam
rentang penerimaan dan pesan-pesan tersebut mendekati pernyataan patokan
(kerangka rujukan) yang ada. Karena pesan tersebut mendekati pernyatan patokan,
maka pesan tersebut akan diasimilasi atau dianggap mirip dengan patokan yang ada
dan dijadikan satu kelompok. Asimilasi ini merupakan efek gelang karet, dimana
setiap pernyataan baru dapat ”ditarik” mendekati pernyatan patokan sehingga
tampak menjadi lebih dapat diterima daripada keadaan sebenarnya. Orang yang
menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau pernyataan tersebut tampak
sejalan dengan patokannya. Teori ini berparadigma positivistik.
Pernyataan yang berada dalam rentang penolakan akan
tampak semakin berbeda (kontras) dan bertentangan dengan pernyataan patokan
meskipun sebenarnya perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Karena kita
memperbesar perbedaan maka sebuah pesan yang seolah-olah bertentangan
sepenuhnya dengan patokan yang ada. Akhirnya pesan tersebut kita tolak.
22.
Asumsi
Teori Pertimbangan Sosial
Teori ini mempelajari tentang proses psikologis yang
mendasari pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Asumsi
dasarnya bahwa dalam menilai sesuatu, manusia membuat deskripsi dan
kategorisasi khusus. Dalam kategorisasi manusia melakukan perbandingan-perbandingan
diantara berbagai alternatif yang disusun oleh individu untuk menilai
stimulus-stimulus yang datang dari luar. Teori ini mengemukakan bahwa seseorang
mengetahui apa sikapnya dan mampu menentukan perubahan sikap apa yang akan
diterimanya serta perubahan apa yang akan ditolaknya.
Teori ini
menjelaskan kepada kita tentang suatu pesan atau pernyataan diterima atau
ditolak itu didasarkan atas peta kognitif kita sendiri terhadap
pesan tersebut. Seseorang menerima atau menolak suatu pernyataan atau pesan-pesan
tertentu, bergantung kepada keterlibatan egonya sendiri. Ketika orang menerima
pesan, baik verbal ataupun nonverbal, mereka dengan segera men-judge
(memperkirakan, menilai) di mana pesan harus ditempatkan dalam bagian otaknya
dengan cara membandingkannya dengan pesan-pesan yang diterimanya selama ini.
Teori ini juga menjelaskan tentang bagaimana individu menilai pesan-pesan yang
mereka terima. Ia juga mampu memprediksi bahwa seseorang menerima atau menolak
terhadap pesan-pesan yang masuk. Selain itu teori ini juga melahirkan
hipotesis-hipotesis baru dan memperluas rentangan pengetahuan seseorang,
termasuk kita ketika sedang menerima pesan-pesan, dan juga memiliki kekuatan
terorganisir melalui pengorganisasian pengetahuan yang ada di dalam otak kita
mengenai sesuatu.
33.
Konsep-Konsep
Penting Dalam Teori Pertimbangan Sosial
Konsep-konsep
pokok dalam social judgement theory (Teori pertimbangan sosial) adalah:
1. Latitude of acceptance (rentang atau wilayah Penerimaan)
1. Latitude of acceptance (rentang atau wilayah Penerimaan)
Proses pertimbangan di atas menurut Sherif &
Hovland (1961) berlaku baik untuk pertimbangan fisik (misalnya; berat) maupun
pengukuran sikap. Walaupun demikian ada dua perbedaan antara pertimbangan
terhadap situasi fisik yang bersifat obyektif dengan sikap. Dalam sikap,
individu sudah membawa klasifikasinya sendiri dalam menilai suatu obyek dan ini
mempengaruhi penerimaan atau penolakan individu terhadap obyek tersebut. Kedua,
pertimbangan sosial (sikap) berbeda-beda dari satu individu ke individu yang
lain, padahal dalam pertimbangan fisik tidak terdapat variasi yang terlalu
besar.
2. Latitute of rejection (rentang
Penolakan)
Jika seseorang individu melibatkan dirinya sendiri
dalam situasi yang dinilainya sendiri, maka ia akan menjadikan dirinya sendiri
sebagai patokan. Hanya hal-hal yang dekat dengan posisinya mau diterimanya. Rentang penolakan yang mencakup pendapat atau
gagasan-gagasan yang kita tolak karena
bertentangan dengan kerangka rujukan kita (sikap dan keyakinan).
3.
Latitute of noncommitment (rentang keterlibatan)
Rentang ketidakterlibatan yang terdiri dari pendapat atau
pesan-pesan persuasif yang tidak kita tolak dan tidak kita terima.
·
Keterlibatan Ego (Ego Involvement)
Jika Anda pengguna kartu kredit, seberapa penting bunga
cicilan 0% bagi Anda? Pertanyaan seperti inilah yang disebut Sherif sebagai
konsep ego-involvement. Ego-involvement mengacu pada tingkatan seberapa penting
sebuah “tawaran” terhadap kehidupan seseorang. Ego-involvement merupakan kunci
utama munculnya latitude of acceptance atau bahkan rejection. Konsep ini
dilatarbelakangi dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
“Apakah ini hal utama bagi kita?”, “Apa kita sangat
memikirkannya?”, “Apakah sudah sesuai dengan pola hidup kita?”
Ego-involvement
menggambarkan kemampuan kognitif seseorang akan suatu isu tertentu. Penulis
coba ungkapkan contoh lain misalkan efek rumah kaca karena lapisan ozon yang
berlubang. Hal ini mungkin tidak begitu penting bagi kita karena tidak banyak
menyinggung sisi kognitif dalam diri kita (low
ego involvement). Lain halnya ketika yang diungkap adalah; berlubangnya
lapisan ozon menyebabkan sinar UV dapat dengan mudah masuk ke bumi tanpa filter
sehingga kemungkinan penyakit kanker kulit dapat dengan mudah menyerang. Isu
yang kedua ini akan memunculkan tingkatan ego involvement yang lebih tinggi
karena lebih menyentuh pada aspek kognitif kita tentang kepedulian terhadap
diri sendiri.
·
Penilaian
Pesan : Kontras dan Kesalahan Asimilasi
Di dalam teori ini juga menjelaskan dua macam efek yang
timbul akibat proses mempertimbangkan pesan yaitu efek asimilasi dan efek
kontras. Efek asimilasi cenderung dapat bisa diterima ketimbang keadaan yang
sebenarnya. Masyarakat yang menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau
pernyataan tersebut tampak sejalan dengan patokannya. Sedangkan pernyataan yang
berada dalam rentang penolakan akan tampak semakin berbeda karena sebenarnya
secara teori kita memperbesar perbedaan dan pada akhirnya pesan dapat ditolak
dengan mudah oleh masyarakat.
·
Ketidaksesuaian dan Perubahan Sikap
Dalam Teori penilaian social ini
membantu pemahaman kita tentang komunikasi sebagai perubahan sikap. Teori
penilaian social juga membantu membuat prediksi perubahan sikap berdasarkan
rentang yang ada, yaitu :
1). Pesan-pesan yang jatuh pada rentang
penerimaan cenderung akan mempermudah
perubahan sikap.
perubahan sikap.
2). Jika suatu pesan oleh seseorang
dinilai terletak dalam rentang penolakan, maka
perubahan sikap akan berkurang atau tidak ada.
perubahan sikap akan berkurang atau tidak ada.
3). Dalam rentang
penerimaan dan rentang non komitmen semakin tidak sesuai suatu
pesan dengan pendirian/prinsip seseorang, maka akan semakin besar kemungkinan
sikap akan berubah.
pesan dengan pendirian/prinsip seseorang, maka akan semakin besar kemungkinan
sikap akan berubah.
44. Kritik
Teori Pertimbangan Sosial
1. Konsep keterlibatan ego tidak
didefinisikan dengan baik. Apakah tingginya ego involvement indikasi dari topik yang penting?,atau
itu menunjukkan seberapa sering topik ditemui oleh pendengar?
2. Kritikus telah mengangkat
kemungkinan bahwa lintang tidak benar-benar khusus untuk topik tertentu, tetapi
mencerminkan kemampuan umum seseorang mudah dan tidaknya dipengaruhi. Dengan
kata lain, orang yang mudah untuk dibujuk akan memiliki garis lintang penerimaan
yang lebih luas dari orang yang sulit
untuk dibujuk.
ini referensi dari buku apa ya? mohon infonya dong terimakasih
BalasHapusmohon referensinya dong kakak,sangat butuh ni.terimakash
BalasHapusReferensi pliss
BalasHapus